Minggu, 27 Juli 2008

Terapi Fobia : Keajaiban Pikiran, Bukan Keajaiban NLP/ Hipnosis

TERAPI FOBIA INSTAN : KEAJAIBAN PIKIRAN, BUKAN KEAJAIBAN NLP/HIPNOSIS
04 Maret 2007Ronny F. Ronodirdjo

Pertengahan tahun 2005, pada saat istirahat siang hari di tengah suatu pelatihan Hypnotic Selling Skill di Sumatra, ada seorang peserta menghampiri saya dan bertanya “Bisakah menyembuhkan fobia Bahasa Inggris saya?”. Saya amati yang bertanya adalah seorang pemuda kurus bertampang Jawa dan ia adalah salah satu frontliner di perusahaan distribusi.
Saya tertarik untuk mengetahui apa yang dimaksudnya dengan fobia bahasa Inggris. Seperti diketahui, dalam bahasa awam, seringkali orang mencampur adukkan antara kata takut (afraid), ngeri (fear), jijik, atau cemas (anxiety) dengan fobia. Beberapa orang yang pernah datang ke saya menyatakan fobia pada kecoa, namun setelah proses klarifikasi, terungkap ternyata hanyalah jijik. Fobia adalah suatu reaksi berlebihan tak terkontrol yang cenderung spontan pada seseorang saat ia melihat / mendengar / merasakan / memikirkan sesuatu, dan biasanya obyek fobia itu secara normal bukanlah sesuatu yang menakutkan.
Kami kemudian terlibat diskusi, dan fokus pertanyaan saya padanya adalah, “Apakah Anda sungguh-sungguh ingin menghilangkan fobia itu?”. Dia menyatakan bahwa fobia bahasa Inggrisnya sudah menghambat kariernya selama bertahun-tahun.
Setelah berbincang santai, terungkap bahwa ternyata yang dimaksudkan dengan fobia bahasa Inggris adalah setiap kali ada orang yang mengajaknya berbicara berbahasa Inggris atau bertampang bule, maka ia segera merasa tak berdaya dan seperti orang yang gagu. Dengan demikian berarti benar bahwa ia mengalami fobia terhadap kata-kata bahasa Inggris. Satu fenomena yang menarik bagi saya.
Pembicaraan saya lanjutkan dengan bertanya, apakah anda tahu penyebab awal fobia Anda, dan ia menjawab bahwa ia tahu. Saat ia hendak bercerita mengenai sebab itu, saya katakan padanya bahwa ia tidak perlu menceritakannya, cukup bagi saya tahu bahwa ia mengerti dan ingat penyebab fobia itu. Saya katakan padanya bahwa saat terapi nanti, saya hanya akan katakan “peristiwa penyebab itu”.
Di sinilah salah satu keunikan terapi berbasis NLP, seorang praktisi NLP yang berpengalaman akan sejauh mungkin menghindarkan diri bertanya mengenai content peristiwa itu dan fokus pada context dari suatu penyimpangan psikologis. Berbeda dengan sistem terapi lain yang senang menanyakan mengenai sebab suatu penyimpangan, bahkan secara mendetail menggali sebab-sebab itu.
Pertanyaan mengenai content apalagi yang mendetail, hanya akan memperlemah kondisi mental subjek tersebut. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan membawa subjek kembali pada kondisi dis-empower sehingga mempersulit proses terapi, karena dalam proses terapi justru kita membutuhkan subjek berada dalam kondisi pikiran yang optimal (empower). Selain itu, pertanyaan mengenai content akan membawa subyek “terpaksa” mengingat sekali lagi secara mendetail memori itu sehingga cendeung akan memperkuat ikatan asosiatif dalam neurologisnya.
Lantas saya minta ijin padanya untuk melakukan proses terapi di depan kawan-kawannya yang lain secara live, supaya bisa menjadi bagian dari pembelajaran bersama. Sungguh beruntung, di sini subjek tidak keberatan dengan permintaan saya.
Kali ini saya mengabungkan hipnoterapi dan teknik NLP secara simultan. Prosesnya dengan cara melakukan induksi hipnotik instan pada klien dengan teknik Dave Elman, kemudian diikuti dengan teknik NLP fast phobia cure (teknik melihat film di bioskop). Pertimbangan saya mengkombinasikan NLP dengan hipnotik adalah bisa menghasilkan efek instan yang luar biasa mengingat waktu yang tersedia terbatas, dan sekaligus bisa memberikan bukti yang kuat pada audiens bahwa efeknya langsung terlihat.
Setelah subjek masuk ke light trance, kemudian dibimbing untuk mengingat (mengakses kembali) memori yang punya kekuatan positif kuat, misal rasa PD luar biasa, rasa aman, rasa powerful, dll. Saat subjek mencapai peak state, lantas di anchor secara kinestetik. Kemudian dilakukan pengujian anchor ini untuk memastikan sudah bekerja dengan baik dengan cara memicunya (fire the anchor).
Berikutnya dilakukan terapi NLP fast phobia cure, dengan memintanya membayangkan berada di sebuah bioskop, duduk di salah satu kursi yang paling nyaman sambil memandang layar yang putih. Kemudian setahap demi setahap dibimbing sampai proses selesai. Selama proses, harus terus dilakukan kalibrasi (pengamatan fisiologis yang mendetail) untuk memastikan bahwa subjek berada dalam kondisi yang tepat.
Begitu selesai, saya melakukan future pacing dengan cara memberikan post hypnotic suggestion untuk memastikan respon subyek di masa yang akan datang terhadap stimulus itu. Lantas subyek dibimbing keluar dari kondisi trance kepada kondisi waking state lagi.
Sungguh menarik, sejurus kemudian kami mengajaknya berbincang dalam bahasa Inggris dengan pertanyaan sederhana seperti “What is your name?”, “Where do you come from?” dan “How old are you?”. Meledak tepuk tangan peserta yang lain saat menjadi saksi bahwa subjek sama sekali tidak terlihat takut, gugup atau down. Ekspresi yang ditunjukkannya adalah ekspresi berpikir seperti tengah mengingat-ingat bagaimana harus menjawab dalam bahasa Inggris. Secara tata bahasa jawaban masih salah, namun intinya dia mengerti dengan benar maksud pertanyaan itu dan jawaban apa yang diinginkan.

“My name Agus (samaran)”
“From Pangkal Pinang”
“Twenty Four”
Saat pulang, ia menghampiri saya lagi untuk berterima kasih, sambil bercerita bahwa penyebab fobia pada bahasa Inggris karena dulu ibunya mengebuki dengan cambuk sepulang dari sekolah karena ia mendapat nilai 4 saat ujian bahasa Inggris. Setengah bingung ia bertanya, “Anda tidak menasehati atau menceramahi saya apapun, bahkan peristiwa digebukin ortu juga masih dapat saya ingat dengan baik, namun kenapa rasa takut, down dan efek gagu sudah tidak datang lagi?”.
Ingin saya menyatakan berbagai presuposisi NLP padanya “The map is not the teritory”, “People respond according to their map of the world”, “Every behavior have a positive intention”, dan “The mind and the body are interlinked and affect each other”. Namun saya memilih mengatakan secara sederhana “Itulah keajaiban dari pikiran kita”.
Demikianlah, sekali lagi hari itu kami semua menjadi saksi keajaiban pikiran manusia. Bukan NLP yang ajaib, bukan hipnotis yang ajaib, pikiran kitalah yang ajaib. Selama ini kita cuma belum tahu kunci kombinasinya untuk membuka keajaiban itu. NLP dan hipnotis adalah kunci untuk mengakses keajaiban dari otak dan pikiran kita. (RFR) ( Sumber Internet)

Tidak ada komentar: